just simple, sharing, n so on

Archives

gravatar

- Vitalis Blossom -

Percakapan dua insan mahasiswa, gw sebagai Dika (emang nama gw kali om...) dan Ferdi sebagai temen gw (==')

Ferdi : (seperti sedang mengendus sesuatu, bayangkan sendiri wajahnya) "Dik, lu pake Vitalis Blossom ya??"

Gw : "Kok tau lu Fer?? Iya". *stay cool, padahal deg-degan takut disangka bencong (wujud asli gw takut terbongkar)

Ferdi : "Taulah, tu kan parfum cewek gw. Bau lu kayak cewek gw, pantes aja ada bebauan yg g asing dari bolongan hidung gw."

Gw : *lari terkiprit takut tiba-tiba si Ferdi megang tangan gw, meluk badan gw, dan nyosor kemudian bilang "Ohh... My darling I Love U..." *sambil joget dibalik pohon ala India

gravatar

- YUI - to Mother [Single] -





release : 2nd of June 2010

to Mother Lyrics

datte anata itta janai
namidagoe utsumuita mama

uso mo tsukenakunattara
ikite yukenakunaruyo to

aisarete itai to omou kara
donna itami datte
waratte miseta ah ah

kanashimi tte
atashi hitori dake nara
kotaerareru no ni

yasashisa tte
zankoku yo ne?

kokoro made
midareru mono

zutto isshoni itai kedo
kirai na toko ga fueru hibi

nitamono doushi nanda yo ne?
wakaru you na ki mo shiteru

aishiaeru hito ga dekita no
sonna hi ga kureba
kawareru kana ah ah

shiawase tte
mahou mitai ni
kagayaite kurenai kedo

nikushimi tte
sasai na surechigai deshou?
nakanaide

taka ga unmei nante
kaete yukerun datte
uchi wo tobidashite yoru ni naita

dare mo inai kouen no benchi de
mukae ni kitekureru no wo matteita

kanashimi tte
yorisoeba doko to naku
atatakakute

yasashisa tte
soba ni areba futo
amaete shimau mono

nee
shiawase yo
tabun
atashi

anata ga
itan dakara



download :





special thanks to : arya92

gravatar

- Indonesia Juara Democracy Video Challenge -

Jakarta, KabariNews.com - Berita menggembirakan bagi dunia perfilman di Tanah Air, pasalnya beberapa waktu lalu, salah seorang sutradara Indonesia baru saja memenangkan kompetisi Democracy Video Challenge yang diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Adhyatmika berhasil menyisihkan 700 peserta dari berbagai negara dalam kompetisi tersebut.

Seperti dikutip dari siaran pers yang dikeluarkan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Adhyatmika menjadi salah satu pemenang dari enam pemenang kompetisi tahunan Democracy Video Challenge (DVC), kompetisi video pendek yang digelar dalam rangka merayakan demokrasi tingkat dunia ini merupakan ajang internasional yang digelar untuk kedua kalinya.

Lebih dari 700 peserta mengirimkan video sepanjang tiga menit karya mereka melalui YouTube dengan melengkapi pertanyaan Demokrasi adalah? Video karya Adhyatmika bertajuk ?Democracy Is Yet to Learn? (Demokrasi berarti kita masih harus belajar) (www.youtube.com/watch?v=uGIVYm-v3kM) memenangi tingkat wilayah Asia Tenggara.


Adhyatmika lahir di Jakarta dan lulus dari Puttnam School of Film, Lasalle College of The Arts di Singapura. Demokrasi bukanlah objek, namun sebuah proses, kata Adhyatmika sambil mencirikan karyanya sebagai ?komedi satiris surealis mengenai kehidupan demokrasi di Indonesia.


Adhyatmika beserta lima pembuat film pemenang lainnya dari Iran, Spanyol, Kolombia, Nepal dan Ethiopiamemperoleh biaya perjalanan penuh ke Washington D.C., Hollywood dan New York City pada bulan September. Di New York dan Hollywood, para pemenang akan mengunjungi lokasi pembuatan film/TV, dan akan bertemu dengan sutradara, teknisi film, agen pencari bakat profesional, dan ahli media baru. Di Washington, D.C., para pemenang akan bertemu dengan para penggiat demokrasi, kalangan media, serta pejabat pemerintah Amerika Serikat.

Program Democracy Video Challenge bermitra dan bekerjasama dengan institusi seperti Center for International Private Enterprise, International Republican Institute, International Youth Foundation, Motion Picture Association of America, NBC-Universal, National Democratic Institute, New York University?s Tisch School of the Arts, Recording Industry Association of America, TakingITGlobal, University of Southern California?s Annenberg School for Communication & Journalism, Departemen Luar Negeri AS, WME dan YouTube.

(sumber)


gravatar

The Back Rose - Single [Alternative/Pop/Rock/Japanese]















Artis Biography :

the BLACK ROSE

5 april 2005 adalah waktu yg menjadi cikal bakal lahirnya thr Black Rose.di mulai dari ajang kompetisi band sekolah hingga jalur indie sebagai batu loncatan untuk mengarah ke industri musik.dari sekian waktu yang telah kami lalui juga terjadi pergantian personil,sempat juga Black rose fakum untuk beberapa waktu yang cukup lama.dan sekarang ini kami mencoba berdiri kembali untuk melakukan perjalanan menuju cita2 kami.

and now... (source)

the Black Rose are

Nyben Rose : lead guitar | writer | programer | back.voc | arrangged

BobbY Rose : lead VOCAL | writer | back.voc | arrangged

Adyt Rose : Bass | writer | arrangged

Nube Rose : Drum | sampling squencer loop | arrangged

Watsu Rose : Rythym guitar | back.voc | arrangged

Fans : Rose Adict

Tracklist :

1. Bahagia (2009)

2. Terlalu Bodoh (2008)

Download : [1] [2]











gravatar

L'arc En Ciel - I Love Rock n Roll [Digital Single]



















Purchased via my ekitai (Japanese Phone)


Tracklist:
01. I Love Rock'n Roll


Bit-Rate
192Kbps


Download:













special thanks to : Arya92

gravatar

Gw kalah lagi

Ada yg tau g kapan gw menangnya? Bisa-bisa degradasi nih.

gravatar

Lagi dan Lagi ... (Bukan judul lagu)

Mgkn apa yg gw rasain sm dg apa yg lg dirasain Luis van Gaal, oh... Bukan, mgkn lbh tepatnya Frank Ribery. Ribery gagal maen di final dan dia jg gagal mengangkat trofi Champions League.

Setelah minggu kmrn gagal 2x kali, minggu ini gw gagal lagi. T.T , dan kegagalan gw kali ini jg diwarnai dg kemenangan tmen selorong gw. Ya, gw kalah dalam salah satu kontes yg diadain di kampus. (Yg pasti bukan kontes kecantikan =="). Oh dear... Kapan kemenangan itu menghampiri gw, gw lelah dg kegagalan ini... Tp gw yakin, suatu saat nti gw bakal MenanG!!

Ok, terakhir.. don't judge a person from profil picture!

Sekian.


Mobile mode

gravatar

Dia telah mengatur semuanya, tak terkecuali .....

Manajemen waktu merupakan ssuatu yg bnyk menjadi pembicaraan para aktifis, khususnya di kampus. Memang benar, klo kita tdk pandai-pandai dlm memanajemen waktu, everything will be berantakan.

Adalah bobroknya sistem manajerial waktu gw. Gw lupa mengecek keadaan prajurit-prajurit pelindung selangkangan. Ya, gw kehabisan kolor alias celana dalam. Hari ini g ada kolor bersih. Sangat suram bila akhirnya gw harus ke kampus tanpa armada pasukan yg itu.

Alhamdulillah wa syukurilah. Jadwal kuliah pagi di batalkan seketika stlh mdpt sms jarkom sakti itu. "jarkom kilat!hri ini
responsi d tiadakan!!", baca sms yg gw terima smp 3x.
Alhasil, cm gw yg bertahan di kamar sndiri. Gery kuliah pagi, Ginonk nginep di asrama aceh, dan Budi nginep di rumahnya.

Pagi td stlh mandi, tanpa basa basi gw lgsg menuju tumpukan armada pasukan pelindung Ginonk. Menurut gw ability pasukan Ginonk mirip punya gw. Emmm... Sbenarnya, alasan utamanya krn sblm.nya gw pernah pake punya dia. (Ketagihan, haha. LoL).

Nong, hari ini gw pnjem lg. Dan gw blom bilang. Ntr gw pasti bilang kok Nong. Hehe....

Terimakasih Ya Allah, bahkan smp urusan celana dalam pun Engkau jg mengaturnya.

gravatar

- Gw olahragawan, sepakbola pernah nyelametin gw -

Jangan salah, gw ini olahragawan tetapi dalam konteks gw suka baca berita olahraga, terutama sepak bola, meskipun jarang-jarang gw memaininnya (kacau bahasanya, hehe..). Oke. Biasanya, olahragawan seperti tipe gw ini mempunyai ciri seperti berikut : (2 aja ya)

  1. G pernah ketinggalan nonton Sport 7, Lensa Olahraga, Spirit Football, One Stop Football, dan acara2 lain yg satu spesies. Mereka akan sangat hafal nama2 presenternya, maupun sejarah acara tersebut.
  2. Kalo baca koran, biasanya mereka akan membuka dan membaca terlebih dahulu halaman atau rubrik Olahraga.
  3. Satu lagi, tambahan... Klo online pasti buka livescore.com sama goal.com
sekarang gw mau cerita nih.

Ibarat bola itu bundar (udah bukan ibarat kali, emang bundar), setiap permainan hidup ini pasti diwarnai yang namanya menang dan kalah. Menurut gw g ada yg namanya seri, apalagi dalam kehidupan g ada yg namanya perpanjangan waktu. This is about time guys, waktu itu g bisa dibalikin.

Kadang di antara kita g ada yg bisa nerima yg namanya kekalahan. Kemarin, gw kalah lagi. Entah kekalahan yg ke berapa dalam hidup gw. Dan hari kemarin gw kalah dua kali. Yang pertama, gw kalah karena g jebol seleksi beasiswa. Kekalahan itu diwarnai dengan keberhasilan empat temen lorong gw termasuk yg sekamar sama gw. Merek lolos guys. Iri. Sebel.

Second lost adalah gw kalah dalam lomba LCTA (Lomba Cepat Tepat Asrama). Gw dipercaya mewakili lorong, padahal gw biasa-biasa aja menurut gw. Babak sebelumnya gw bisa lolos karena unggul satu pertanyaan. "Siapa juara EPL musim 2008/2009?" Sangat easy buat olahragawan spt gw. Dan babak final menanti. Di final, gw cuma cuma bisa ngejawab satu pertanyaan. "Siapa pemain Jerman yg absen di PD 2010 karena cedera?" Its very easy. Tp sayang, gw tersingkir dan kalah. Oke.

Setidaknya, gw masih cinta [berita] olahraga, dan sepak bola. Guys, mari kita nikmati kekalahan. Karena dibalik kekalahan pasti ada kemenangan. (kata siapa lagi tuh.... )

Sekian. Salam Olahraga. No anarkis just good footbal. Bravo sepakbola nasional!!!

Onion Head Emoticons 50



*keep sharing n be inspiring

gravatar

[Review] Alangkah Lucunya Negeriku


Film ini dibuka dengan menampilkan kondisi lalu lintas Jakarta yang semrawut. Muluk (Reza Rahadian), tokoh utama dalam film ini, begitu entengnya melewati rel kereta api dengan kondisi kereta api sedang berjalan menuju ke arahnya. Kehidupan pasar tradisional ditampilkan apa adanya. Banyaknya peramal, penjual obat, dan sejenisnya seolah ingin menggambarkan keputusasaan sebagian besar masyarakat menghadapi kondisi saat ini dan mencoba mencari “hiburan” berupa janji-janji kan berubahnya nasib mereka.

Kondisi kumuh pasar tradisional ditampilkan. Puncaknya adalah tampilnya para pencopet cilik yang terampil menjalankan aksinya. Di sinilah awal mula film ini bergulir. Ketika tertangkap tangan, sang pencopet kecil yang kemudian diketahui bernama Komet, diberi nasehat oleh Muluk untuk meminta baik-baik ketika membutuhkan uang. Dengan enteng Komet berkata,”Saya kan pencopet bukan peminta-minta.”

Cerita kemudian bergulir dengan dialog-dialog berbobot di antara tokoh tua yaitu Deddy Mizwar yang memerankan Pak Makbbul (ayah Muluk) dan Jaja Miharja sebagai Haji Sarbini (calon mertua Muluk) plus sosok pak Haji Rahmat) yang diperankan Slamet Rahardjo. Tema dialog adalah soal perlu tidaknya pendidikan dengan mengambil contoh kondisi Muluk, seorang sarjana manajemen yang sedang luntang-lantung mencari perkerjaan selama 2 tahun dibanding anak-anak Jaja Miharja yang sukses sebagai pedagang meskipun hanya tamat SMU.

Realita kehidupan di masyarakat yang “sakit” dipotret dalam film ini secara lugas. Potret Jupri, calon anggota DPR yang diperankan Edwin, seolah mencoba menyindir sebagian calon anggota legislatif yang terkesan sedang mencari pekerjaan dengan diiringi bahasa klise tentang perjuangan untuk rakyat. Begitu juga dengan gambaran Pipit yang tenggelam dengan mimpi menjadi pemenang kuis dan Samsul, seorang sarjana pendidikan yang terlalu lama menjadi pengangguran berusaha menghibur diri dengan main “gaple” tanpa mengenal waktu. Kehidupan keluarga, Pak Haji yang diperankan Slamet Rahardjo, seorang pensiunan Depag dengan istri yang sibuk dengan dirinya sendiri plus Pipit yang sibuk mengamati acara kuis di TV.

Pendidikan menjadi tidak penting seolah dikuatkan dengan potret para sarjana pengangguran semacam Muluk, Pipit, dan Samsul. Cerita beralih menjadi heroik tatkala ketiga sarjana pengangguran ini mendidik sekitar 20-an pencopet yang dikoordinir Jarot (Tio Pakusadewo). Meskipun terkesan mengada-ada bahwa ketiga sarjana tersebut mengajar dengan biaya dari 10% hasil mencopet, namun kekuatan dialog-dialog segar, menghibur, dan sarat makna dalam proses “pendidikan” bagi pencopet anak-anak merupakan inti dari film ini.

Lihat saja dialog menarik antara pencopet dengan Samsul dan Muluk tentang penting-tidaknya suatu pendidikan. “Apa gunanya pendidikan bagi pencopet?”. Sebuah pertanyaan lugu dan mewakili pertanyaan dari kaum yang terpinggirkan. Jawabannya pun sungguh di luar dugaan. Samsul, seorang sarjana pendidikan yang tidak yakin bahwa pendidikan diperlukan, menjawab pertanyaan tersebut dengan gaya satir. “Pencopet perlu pendidikan. Dengan mempunyai pendidikan, mereka bisa bekerja di kantor. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk mencopet “brankas” kantor dan akan mendapatkan hasil yang jauh lebih besar dari apa yang mereka lakukan selama ini. Status mereka bukan menjadi pencopet lagi. Mereka akan naik kelas menjadi koruptor” Demikian kira-kira jawaban Samsul yang membuat 20-an pencopet menjawab serempak,”Saya ingin menjadi koruptor“.

Film ini juga kaya dengan berbagai teknik mencopet di pasar, mall, dan angkutan kota.. Organisasi pencopet pun dikupas cukup cerdik. Komet adalah koordinator copet di pasar, Glen koordinator copet di Mall, dan Kampret koordinator copet di angkutan umum. Tidak lupa mafia copet ini digambarkan juga berada di bawah oknum aparat “penegak hukum”.
Jeritan ketidakadilan mampu dibawakan Samsul dengan sangat baik. Tangisannya melihat ketidakadilan, kepedihan, dan keputusasaannya mampu menghipnotis penonton. Koruptor telah merampas hak mereka. Koruptor telah membuat mereka sengsara, namun tidak banyak orang yang menyadarinya. Kalaupun mengetahui, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah menerima kenyataan.

Klimaks cerita mulai terlihat saat Pipit panik, ketika dia mau berangkat ‘kerja,’ tiba-tiba saja trio Haji (Haji Rahmat, abahnya sendiri, Haji Sarbini, dan Haji Makbul) punya ide untuk ikut Pipit ke ‘kantor’-nya karena ingin tahu seperti apa pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Pipit tak bisa menolak, maka berangkatlah dia ke markas diiringi 3 Bapak itu. Syamsul yang sedang mengajar di markas dan Muluk pun terkejut mengetahui rombongan yang datang bersama Pipit. Awalnyanya ketiganya bangga saat Pipit dan Syamsul memamerkan bagaimana murid mereka unjuk kebolehan membaca surat dalam Al Qur’an dan hafal butir Pancasila. Sampai kemudian ketiga Bapak yang religius itu tahu bahwa “sumber daya manusia” yang dikembangkan oleh Muluk, Syamsul, dan Pipit semuanya pencopet, tanpa terkecuali.

Suasana haru coba diciptakan dalam film ini saat Haji Rahmat dan Haji Makbul berangkulan menuju masjid untuk mohon ampun pada Tuhan karena mereka sudah ikut makan uang haram, hasil kerja anak mereka. Ekstremnya, Haji Makbul bahkan memisahkan stoples tempat kopi, gula, dan teh untuknya dan untuk Muluk, saat tiba di rumah. Kondisi ini membuat Muluk dan Pipit terpukul lalu berencana untuk menghentikan usaha mereka. Syamsul yang paling tidak terima. Ia merasa sudah menjadi manusia saat kepandaiannya terpakai dengan mengajar, sampai ia berkata dengan keras pada Muluk, “Apa lu mau gue balik lagi tiap hari main gaple ?”

Tetapi Muluk tetap pada keputusannya. Ia sudah bisa membelikan beberapa kotak asongan agar anak-anak didiknya mau beralih profesi menjadi pedagang asongan, dari tabungan hasil mencopet yang sudah ia simpan di sebuah bank syariah hingga mencapai angka Rp 21 juta.

Film ini tidak diakhiri dengan “happy ending”. Samsul kembali main gaple, Pipit tenggelam di alam mimpinya, Muluk bahkan ditahan satpol PP. Begitu juga anak didik mereka, ada yang meneruskan profesinya sebagai pencopet, namun ada sebagian yang mencoba menjadi pengasong. Kedua profesi yang sama-sama beresiko. Ending yang terkesan menggantung memang sengaja dibuat untuk meminimalisir kesan hiperbola dan fiksi film. Agar realita sosial lebih terangkat ending film yang demikian diciptakan, dimana tidak terjadi kejelasan nasib baik Muluk, Samsul, Pipit, dan para pencopet “didikan” mereka. Film ini merupakan refleksi sosial dan mencoba menertawakan diri sendiri ini merupakan sindiran tentang realita yang hidup di masyarakat.

*dikutip dari berbagai sumber dengan sedikit perybahan.
*cmiiw, keep sharing n be inspiring ;)



gravatar

angin lalu

jam 9.40 wib,

Garry :"g telat Dik kita?"
Gw : "g lah, paling klo telat g telat-telat amat"
Garry :"dasar!" "ni tanggal berapa Dik?"
Gw :"26 April 2010, hari Senin. Knapa?"
Garry :"g nyampe sebulan lagi kita udah g bareng lagi ya? Kayaknya baru kemarin gw ketemu lo di kamar 21, ...."
Gw :(diem) *sumpah, g nyangka Garry ngomong kyk gitu, meleleh dah gw.........*


(diiringi semilir angin, kita berdua terus melangkah menuju ruang kuliah masing-maing, dengan diam tentu saja)



Kampus Dalam, Dramaga, Bogor, Indonesia
Senin, 26 April 2010

gravatar

Pertanian Indonesia : Barang Mewah yang Terancam Tidak Bertuan

Sebuah statement menyatakan bahwa Indonesia akan terus menjadi negara berkembang alias tidak pernah maju jika masih menjadi negara agraris. Pernyataan tersebut seolah memicu reaksi dari berbagai kalangan. Ada yang mengiyakan dengan serta merta, ada yang menepisnya secara spontanitas, dan ada yang skeptis namun hanya acuh mendengarnya, seolah tidak inigin memikirkan ke arah mana sebenarnya negeri ini harus di bawa. Pernyataan di atas pula yang menjadi momok bagi pelajar Indonesia. Mereka sudah tidak meyakini apakah dunia pertanian masih menjanjikan kesuksesan bagi masa depan mereka. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya jumlah peminat universitas dan fakultas pertanian dari tahun ke tahun. Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Yonni Koesmaryono* penurunan terjadi pada kisaran 30-40 % dibanding tahun lalu. Soal penyebabnya, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof Dr Dasron Hamid* berpendapat, antara lain, karena kondisi pertanian di Indonesia yang memprihatinkan, pelaku usaha dan universitas yang kurang berpromosi, sehingga calon mahasiswa tidak terpikat, serta nama fakultas yang kurang adaptif. Keengganan calon mahasiswa memilih jurusan pertanian terkait erat dengan kebijakan pemerintah yang tak berkiblat ke pertanian.

Selain karena makin menyempitnya kesempatan kerja di bidang pertanian, kondisi pertanian di Indonesia memang memprihatinkan. Penurunan minat calon mahasiswa ke fakultas pertanian juga disebabkan bayang-bayang kelabu masa depan pertanian Indonesia. Jika kondisi seperti ini terus berlanjut maka pertanian akan kekurangan SDM yang berkompeten dan estafet pembangunan pertanian akan terputus. Hal ini merupakan ancaman serius bagi eksistensi Indonesia di kemudian hari.

"Memang ada yang berasumsi bahwa sarjana pertanian akhirnya harus berhadapan dengan cangkul dan lumpur. Ini juga cukup mencemaskan dan selama teknologi pertanian tidak mendapat tempat di negeri ini, niscaya jurusan-jurusan pertanian akan terus menyusut," tambahnya. Kondisi petani di Indonesia yang jauh dari berkecukupan dan sarat dengan kehidupan yang sulit dianggap menjadi potret masa depan para pelajar yang melanjutkan studinya ke bidang pertanian. Sebagian pengamat berpendapat bahwa turunnya minat tersebut dikarenakan faktor nama rumpun fakultas pertanian yang harus disesuaikan dengan kondisi saat ini. Paling tidak diganti dengan nama yang keren. Contohnya seperti yang terjadi di Universitas Gajah Mada yang fakultas pertaniannya membuka tiga program studi yaitu teknik pertanian, teknologi industri pertanian, serta teknologi pangan dan hasil pertanian, tidak pernah sepi peminat. Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Hidayat Syarief* menilai, penyebab rendahnya minat mahasiswa ke pertanian, karena ada penilaian bahwa prospek pertanian akan makin rendah. Karena itu, lanjutnya, sebaiknya PTN dan Ditjen Dikti harus merestrukturisasi program studi di fakultas-fakultas pertanian agar tetap menarik.

Kemajuan zaman dan teknologi dianggap sebagian masyarakat akan menggeser kedudukan pertanian bagi kehidupan. Namun, ibarat melupakan gajah karena ada tikus, masyarakat awam seakan lupa bahwa segala macam produk yang ia makan, apapun itu adalah hasil dari rekayasa pertanian. Jika dirunut, akar permasalahannya adalah masyarakat masih memandang pertanian secara sempit dan tradisional. Padahal, semakin berkembangnya zaman, pertanian pun akan semakin maju karena ditopang oleh teknologi yang semakin mutakhir. Pertanian modern mengutamakan edit values untuk memberikan nilai lebih kepada produk yang dipasarkan pertanian modern merupakan pertanian yang menerapkan sistemnya secara sistematis, terukur, berteknologi canggih, dan berkualitas dari hulu ke hilir. Sehingga output yang dihasilkan bisa bersaing di tingkat Internasional. Inilah bentuk pertanian modern yang sebenarnya. Tentu saja image-nya sangat berbeda dari apa yang dipersepsikan masyarakat awam.

Betapa pentingnya pangan terhadap eksistensi sebuah bangsa. Sebuah Negara yang sudah mandiri dalam hal pangan tentu lebih mudah berkonsentrasi kepada sektor lain untuk membangun negerinya. Tetapi apa jadinya dengan sebuah negara yang masih kesulitan untuk makan? Jangankan berfikir untuk menstabilkan ekonomi, pendidikan, dan yang lainnya, untuk memenuhi sejengkal perut rakyatnya saja negeri itu masih kesulitan. Sungguh ironis jika ternyata negeri yang kaya akan sumber daya alam, masih mengimpor bahan makanan yang tumbuh subur di negerinya. Jadi, disini pangan telah memainkan peran sebagai suatu aspek yang mendasar terhadap ketahanan suatu negara. Menurut Agus Pakpahan** apabila kedaulatan pangan identik dengan kedaulatan negara, maka jelas bahwa pangan menjadi permasalahan negara. Selama ini kita hanya menyadari bahwa kedaulatan negara merupakan bahasan pokok dari ketahanan negara yang dipandang dari segi militer. Hal ini sangatlah keliru, pasukan tentara yang kuat pun tidak akan bertahan lama di medan perang jika tidak didukung dengan kondisi logistik yang memadai.

NKRI adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dan 65 % wilayahnya terdiri atas perairan dengan areal yang sebagian besar sangat subur. Panjang pantai Indonesia adalah yang terpanjang di dunia. Keanekaragaman hayati Indonesia adalah yang paling bervariasi di dunia, panjang siang dan malamnya seimbang, curah hujannya tinggi, dan lokasi Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki iklim yang baik dan penyinaran matahari yang cukup. Kekayaan ini yang merupakan modal utama sektor pertanian. Tentu jika pemerintah berkonsentrasi untuk mengeksplorasi sektor ini secara bijaksana, tentu kesejahteraan akan tercipta. Yang menjadi pertanyaan adalah, dengan potensi alam yang sedemikian besar apakah Indonesia telah menjadi negera yang pangannya telah mandiri dan menjadi produsen pangan utama dunia? Berikut adalah data yang menjelaskan betapa besar impor Indonesia terhadap pangan yang bisa tumbuh subur di negeri ini. (klik pada gambar untuk memperjelas)














(Sumber : Departemen Pertanian Republik Indonesia dalam http://web.ipb.ac.id/~tpb/tpb/files/materi/pip/Kuliah 14.pdf)

Koran kampus IPB*** juga pernah memberitakan bahwa sekitar tahun 1984 Indonesia pernah dicap sebagai negara yang swasembada beras. Saat ini, predikat tersebut tersebut berubah menjadi pengimpor beras terbesar di dunia dengan nilai impor yang lebih dari 2 juta ton per tahun. Stok pangan yang ada di Indonesia tentu tidak terlepasa dari stok pangan dunia. Ketika kita berjalan-jalan di supermarket, kita dengan mudah menemukan beras vietnam, apel fuji, jeruk mandarin, durian bangkok, daging australia, timun jepang, dan puluhan produk-produk pangan olahan dari berbagai negara. Hanya sedikit produk pangan lokal yang nampaknya bisa dijual di pasar modern tersebut. Padahal negeri zamrud khatulistiwa ini adalah negeri agraris dengan lahan pertanian yang subur. Menurut data yang diperoleh, kita adalah importir terbesar kedelai (68,5% dari kebutuhan nasional, jagung sekitar 25%, garam 50% dan yang paling parah adalah gandum/terigu yakni 100% dari kebutuhan nasional kita, dan impor tersebut berasal dari AS. Sebagai produsen mie terbesar di dunia, tentu akan sanagt terpengaruh oleh adanya kenaiakan harga gandum, pun terjadi pada produsen roti dan makanan laian yang berasala dari bahan baku gandum.


Dapat dibayangkan betapa ruginya negara ini, mengeluarkan biaya yang begitu besar hanya untuk membeli bahan makanan yang sebenarnya bisa kita hasilkan dari bumi Indonesia yang kaya dan subur ini. Masalah kemandirian pangan sangatlah ditentukan oleh sektor pertanian. Pertanian merupakan motor penggerak terciptanya sebuah kemandirian pangan. Dan ini semua hanya akan terwujud jika pertanian kita dikelola oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Kita tidak perlu melihat negara-negara yang sekarang memang sudah maju yang lebih mengutamakan liberalisasi ekonomi dan industri dan mencontohnya dalam segala hal. Namun, untuk kemajuan bangsa ini kita harus menyesuaikannya dengan kondisi Negara kita, baik alam maupun budayanya yang tidak selalu sama dengan negara lain yang sudah maju.

Terkait dengan jumlah nilai ekspor produk pertanian dari Indonesia, saat ini Indonesia sedang mengalami kondisi yang kurang baik dari segi ekspor hasil produksi pertanian kita ke beberapa pasar dunia. Dari isu yang berkembang**** misalnya Amerika Serikat memberikan penalti dalam bentuk diskon/reduksi harga secara otomatis kepada produk asal Indonesia untuk komoditas-komoditas kakao, lada, udang dan jamur dengan alasan antara lain terkontaminasi serangga, salmonella, logam berat dan antibiotik. Dalam hal ini Indonesia, tidak bisa mengadukan ke komisi Sanitary and Phytosanitary Measures World Trade Organization (SPS WTO), karena faktanya AS bisa membuktikan secara ilmiah dan Indonesia memang belum bisa mengatasinya. Pemerintah Australia juga mengenakan penundaan pesanan (holding order) terhadap beberapa produk hasil pertanian dengan alasan residu logam berat dan antibiotik, food additives, kontaminasi mikro biologi dan aflatoxin serta alasan perlindungan kesehatan konsumen. Jepang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia seperti pisang dan beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alasan lalat buah. Indonesia tidak mengajukan protes ke komisi SPS WTO, karena kenyataannya hal tersebut memang terjadi di sini dan sejauh ini Indonesia belum mampu mengatasinya. Selain itu, Jepang juga menolak masuknya pucuk tebu asal Indonesia, dengan alasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Untuk kasus ini, Indonesia mengadukannya ke komisi SPS-WTO, karena Indonesia dalam daftar Organization for Animal Health (OIE) merupakan salah satu negara yang dinyatakan bebas PMK. Saat ini pembahasannya sudah sampai pada sidang komite, dan harus terus diperjuangkan sampai Jepang mengakui keputusan OIE tersebut dan menotifikasikan ke Sekretariat WTO bahwa mereka mencabut larangan tersebut.

Kasus-kasus penolakan ekspor produk pertanian asal Indonesia dengan alasan technical barriers to trade (TBT) sebagian besar karena faktor labelling yang dinilai membingungkan konsumen atau tidak mengikuti standar internasional. Selain itu, ada beberapa kasus dengan alasan mutu tidak sesuai dengan kesepakatan, terutama untuk komoditas-komoditas yang diekspor ke Singapura. Untuk beberapa produk pertanian tertentu, menurunnya daya saing di pasar internasional disebabkan oleh faktor harga. Ini merupakan akibat dari tingginya inefisiensi di semua subsistem dalam rangkaian sistem agribisnisnya. Inefisiensi tersebut terjadi mulai dari pengadaan sarana produksi, budidaya, pengolahan panen dan pasca panen serta biaya transportasinya. Selain itu, sudah mulai terjadi penolakan produk-produk asal Indonesia, sebagai balasan dari kebijakan Indonesia yang kontroversial dengan ketentuan-ketentuan atau agreement dalam WTO.

Kondisi di atas harus dijadikan peluang bagi generasi-generasi penerus bangsa ini. Dari gambaran di atas juga dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian Indonesia menjanjikan peluang pekerjaan yang luas. Pergesaran paradigma terhadap pertanian harus segera kita ubah. Pergeseran paradigma itu sebagian besar disebabkan modernisme dan serangan paham kapitalisme Barat. Di satu sisi, kapitalisme Barat memberi dampak kemajuan yang sangat pesat dalam sektor industri, teknologi komunikasi, dan perdagangan. Hampir di berbagai penjuru kota saat ini menemukan pasar-pasar kapitalis modern; entah yang berwujud megamal atau pusat-pusat pertokoan kecil. Masyarakat bisa berbelanja mudah karena semua tersedia lengkap dan menarik.

Sebelum masa depan sektor pertanian kita suram, pemerintah bersama stakeholder perlu segera mengeluarkan kebijakan dan langkah-langkah strategis. Adapun langkah-langkah strategis itu meliputi, pertama, memperbaiki citra dunia pertanian, dengan terlebih dahulu menanamkan pengertian pada generasi muda bahwa dunia pertanian tidak identik dengan kelas bawah yang kumuh dan terhina. Pertanian bukan sekadar rutinitas mencangkul dan menjadi petani tidak harus miskin. Jika dikelola secara profesional dan komersial, pertanian akan menjadi pekerjaan bergengsi, selain sebagai sektor usaha yang strategis. Kedua, kurikulum dan sistem pendidikan pada jurusan pertanian harus digeser, agar lebih adaptif dengan perkembangan teknologi. Dengan kata lain, kurikulum pertanian harus selalu gayut dengan perkembangan atau tantangan zaman. Sebagai contoh, mata kuliah budi daya pertanian tidak sekadar mempelajari bercocok tanam di lahan, tetapi juga mempelajari bagaimana mengaplikasikan teknologi modern yang canggih, perkembangan kultur jaringan (net culture), hidroponik dengan berbagai sistem, sistem teknologi molekuler hingga mempelajari rekayasa genetika.


Ketiga, pengelola Perguruan Tinggi (PT) perlu memberikan suatu insentif dan inisiatif strategis bagi jurusan pertanian. Insentif strategis bisa berupa pemberian subsidi dalam bentuk SPP lebih murah bagi bidang-bidang tersebut. Selain itu, riset-riset yang berhubungan dengan ketiga bidang itu perlu dialokasikan lebih besar dalam konteks penanggulangan global warming. Inisiatif strategis juga bisa berupa pengembangan content dan context bidang pertanian dengan mengemasnya secara lebih baik dari sisi state of the art (kemutakhiran) ilmu pengetahuan. Untuk memberikan insentif strategis, dana pemerintah sebesar 20% untuk alokasi pendidikan tentu tidak menjadi masalah. Insentif strategis lainnya; PTN di luar Jawa perlu melakukan double degree dan twinning program dengan PTN favorit di Jawa. Misalnya, kuliah tiga tahun di PTN luar Jawa dan satu tahun di PTN favorit di Jawa yang ijazah kelulusannya diakui kedua institusi pendidikan tersebut.


Pembenahan kurikulum pendidikan bidang pertanian juga harus menjadi poin utama. Sebab kurikulum merupakan jantung sekaligus pusat pendidikan. Maka kurikulum harus dirancang dengan survei dan kajian yang mendalam, tertata rapi dan adaptif dengan perkembangan dunia pertanian. Dalam pendidikan pertanian juga perlu dipelajari kiat-kiat kewirausahaan (entrepreneurship) khususnya di bidang pertanian; seperti mental produktif, kreatif, inovatif, tekun, gigih, pantang menyerah, dan menggunakan teknologi secara efektif dan efisien. Mental kewirausahaan itu menjadi penting, mengingat dunia pertanian berbeda dengan lapangan pekerjaan di bidang industri atau perkantoran. Guna menarik animo dan antusiasme masyarakat, jurusan pertanian harus selalu menjadi pionir terdepan bagi penemuan-penemuan baru di bidang pertanian. Singkatnya, fakultas pertanian harus menjadi rujukan sekaligus problem solver bagi persoalan pertanian dalam masyarakat. Untuk mewujudkan idealisme itu, perlu dibangun berbagai sarana dan fasilitas yang mempermudah mahasiswa fakultas pertanian melakukan penelitian dan pengujian. Akhirnya, pendidikan pertanian memang harus dihidupkan, demi menjaga masa depan dan ketahanan pangan kita. Upaya itu tentunya tidak cukup dengan instruksi atau ajakan, tetapi perlu gerakan dan langkah nyata antara pemerintah, dunia kampus, dan masyarakat. Pemerintah sebagai pembuat sekaligus pemegang kebijakan (policy maker), perlu membuat kebijakan yang berpihak pada pertanian, kampus harus menjadi pusat penemuan baru, sedangkan masyarakat mendukung dan mengapresiasikannya secara positif. Dengan adanya relasi dan timbal balik itu, umur pendidikan pertanian pada khususnya dan dunia pertanian pada umumnya diharapkan bisa diperpanjang.




_____________________________________________________________________
*dikutip dari artikel Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) dalam http://web.ipb.ac.id/~lppm/ID/index.php?view=warta/isinews&id=408
**Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Bidang Usaha Agroindustri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan Penerbitan dalam makalah berjudul Ketahanan Pangan sebagai Ketahan Budaya yang disampaikan pada Dies Natalis IPB, 30 Oktober 2008. Artikel diunduh dari http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/6385/1/Agus Pakpahan_Ketahanan Pangan sebagai Ketahanan Budaya.pdf
***dikutip dari situs Koran Kampus IPB (http://student.ipb.ac.id/~koran_kampus) dalam artikel yang berjudul Ketahanan Pangan, Antara Harapan dan Realita
****dikutip dari halaman situs Sistem Informasi Terpadu Produk Pangan Unggulan Ekspor Seafast IPB dalam artikel yang berjudul Issue Hambatan Ekspor Produk Agribisnis Indonesia, diunnduh dari http://seafast.ipb.ac.id/seafast.info/informasi%20gratis/isu-isu%20yang%20memperlemah%20daya%20saing.php

gravatar

- blog disease[s] -

sudahkah anda mengosok gigi??? . . . Ya, menggosok gigi memang sepele, tapi akan sangat berdampak buruk bagi keribadian anda. Lho?? Ya, ketika anda tidak rajin menggosok gigi, mulut anda akan bau lebih-lebih ketika anda sedang berbicara dengan orang lain. Dan kepribadian anda akan terancam karena anda akan dikenal sebagai seseorang yang bermulut bau... (O_O).. .
Ibarat mulut saudara, blog juga seperti itu. Ada saja yang membuat kita malas untuk mem-posting tulisan ato apalah namanya itu..
Inilah yang namanya penyakit yang dialami oleh sebagian banyak blogger Indonesia, gejalanya. ..

  • pada saat offline (biasanya pada saat ngelamun di WC dan tempat sepi lainnya) mempunyai hasrat yang menggebu-gebu dan ide yang mengalir dengan luar biasa, namun hilang begitu saja saat berhadapan dengan layar monitor laptop ato pc, terlebih setelah membuka pesbuk ato twiter. Dijamin ide anda akan menguap begitu saja.....
  • punya banyak alasan untuk menunda penulisan... ... .
  • udah, kayaknya dua alasan di atas cukup mewakili semuanya. T.T
Oke deh. Kayaknya ide menulis gw udah menguap. Intinya : Jangan menunda, INGAT LIMA PERKARA!!! LoL :narcisist:

gravatar

- Newell's Old Boy -

Well, welcome in my new room[S]... Setelah lama membuat akun blogger akhirnya gw urus juga ni kamar. Sebelumnya gw aktif di multiply . Gw bukan lagi orang baru di dunia blogging, hehe... namun gw baru aja (mau) dan pengen aktif di Blogspot. OK, enjoy this room. Yiphiwww...

***keep sharing n be inspiring !!!